Halaman

Kamis, 03 Oktober 2013

“Festival Agriculture 2013” Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang”



“Festival Agriculture 2013” Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang”
By : Panitia

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan dan Pertanian (FPP) Unversitas Diponegoro Semarang akan mengadakan acara yang diberi nama “Festival Agriculture 2013 (FA)” di tanggal 20 September–13 Oktober 2013. Tahun 2013 ini merupakan tahun kedua pelaksanaan acara FA.





Beberapa rangkaian acara FA 2013 ini meliputi :
1.      Futsal Competition (Tingkat SMA se-Semarang)
2.      Tumpeng 400 Ekor Ayam (12 Oktober 2013)
Tumpeng ayam raksasa dibuat dari bahan dasar ayam sebanyak 400 ekor yang disusun dalam satu kerangka tumpeng. 400 ekor ayam ini adalah hasil buah karya pemeliharaan Mahasiswa FPP angkatan 2013 yang merupakan serangkaian kegiatan Pendidikan Karakter dan Penerimaan Mahasiswa Baru 2013.
Pengolahan ayam dilakukan dengan metode menggoreng ayam. Proses pemasakan dilakukan oleh 25 orang mahasiswa dibantu dengan 10 Chef profesional dari Indonesian Chef Assosiation. Tujuan dari acara ini adalah Menjadikan kegiatan ini sebagai ajang memperingati hari pangan dunia, Mengajak masyarakat sekitar untuk mengenal dan mencintai pangan lokal yang berpotensi, serta pembukaan golden birthday Fakultas Peternakan dan Pertanian UNDIP.
3.      Pentas Seni (12 Oktober 2013)
Merupakan inti kegiatan dan puncak acara dari rangkaian Festival Agriculture. Pentas seni ini merupakan gabungan dari malam inagurasi mahasiswa baru 2013, bakaran ayam hasil pemeliharaan mahasiswa 2013, persembahan kirab tumpeng dengan berbagai menu masakan, dan expo kelembagaan. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan Fakultas Peternakan dan Pertanian UNDIP ke masyarakat umum, serta mengembangkan bakat dan minat mahasiswa FPP dalam bidang kesenian melalui penampilan-penampilan mahasiswa di atas panggung seni.
4.      Kontes Ayam Ketawa Nasional (13 Oktober 2013)
Merupakan kegiatan kontes ayam ketawa yang diperuntukkan bagi pecinta ayam ketawa. Kegiatan tersebut sekaligus menjadi media mempromosikan Fakultas Peternakan dan Pertanian UNDIP, dengan sasaran para pecinta ayam ketawa seluruh Indonesia.
5.      Kontes Kicau Burung (13 Oktober 2013)
Merupakan kegiatan sebagai media untuk mempromosikan Fakultas Peternakan dan Pertanian UNDIP, dengan sasaran para pecinta burung kicau/kicau mania yang berada di daerah Jawa Tengah dan sekitarnya
6.      Food Bazaar (13 Oktober 2013)
Merupakan kegiatan bazaar makanan yang mewadahi mahasiswa Fakultas Peternakan dan Pertanian UNDIP dan para pedagang makanan yang berjualan makanan saat berlangsungnya acara lomba kicau burung,  kontes ayam ketawa Nasional

            Serangkaian acara FA 2013 berlokasikan di Kampus Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro.
            Besar harapan kami (baca : panitia) acara tersebut bisa berjalan dengan lancar dan meriah. Dan tentunya partisipasi semua elemen masyarakat serta Stakeholder akan sangat kami butuhkan.

CP HUMAS : Akbar Reksa (085726908090)

Selasa, 01 Oktober 2013

HARGA TELUR ANJLOK… APA PENYEBABNYA?



HARGA TELUR ANJLOK… APA PENYEBABNYA?
Oleh : zia zannititah pawana | Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro
 

Lika-liku perjalanan harga telur yang begitu fluktuatif menghiasi obrolan para peternak ayam petelur akhir-akhir ini. Yogyakarta--Lebaran Idul Fitri 1434 H mencapai 20.000 rupiah perkilogram, sementara pasca lebaran harga telur kembali normal yakni dikisaran harga 17.000 rupiah/kg (KRjogja.com 21/8/2013).
Penurunan harga yang sangat signifikan terlihat pada hari ini. harga telur ras perkilogram nya mencapai angka 12200 /kg untuk daerah semarang. Kondisi harga telur ini juga dipertegas oleh Slamet, salah satu peternak ayam petelur Tirto Unggul, Sekopek-Semarang. “harga telur ayam ras saat ini mencapai 13.000/kg untuk skala besarnya”. Selain itu beliau juga menyatakan keresahannya atas harga telur ayam saat ini.
Analisis Kasus
Atas dasar kondisi saat ini saya mencoba menganalisis penyebab terjadinya penurunan harga tersebut. Dalam sejarah perteluran di Indonesia hampir selalu terjadi paradoks yakni disaat harga pakan naik, selalu diikuti dengan turunnya harga telur.

Rantai Hubungan antara Pabrik Pakan dengan Peternak.
Pabrik pakan dalam melaksanaakan fungsi utamanya dalam penyediaan pakan bagi pengusaha budidaya ayam petelur biasanya menyetujui kontrak kerja. Dimana peternak sebagai pelanggan tetap (partner bisnis) yang secara kontinyu akan menyuplai pakan dari pabrik tersebut. Dan tentunya peternak diuntungkan. Stok pakan biasanya diambil dalam jumlah banyak untuk memenuhi kebutuhan ternak selama 1-2 minggu atau bahkan 1-2 bulan, begitu sangat diuntungkan dari sisi harga karena masih menganut harga pakan sebelumnya. Disatu sisi pabrik pakan menghendaki sistem pembayaran diawal atau biasa disebut cash before delivery (CBD). Bagi peternak skala besar (populasi >100.000 ekor) sistem tersebut tidak menjadi masalah. Sayangnya bagi mereka yang memiliki ternak skala menengah-kebawah hal tersebut akan menjadi masalah. Oleh karena itu mereka mencoba untuk mensiasatinya.

Rantai Hubungan antara Peternak dengan Konsumen (bakul).
Salah satu strategi peternak tersebut diatas adalah menjual telur kepada konsumen (partner bisnis) secara kontan yang mana biasanya dibayar kredit dalam tempo 1-2 minggu. Karena pembayarannya kontan maka, konsumen memanfaatkan kondisi tersebut untuk meminta potongan harga atau menawar harga yang lebih rendah dari harga telur di pasar saat itu. Akibatnya harga pasar mulai terganggu. Paradigm masyarakat saat itu sketika berubah dan terkena imbasnya kepada para peternak ayam petelur lain. Pedagang mulai meminta dengan harga murah karena telah didapati sebelumnya telur yang juga murah. Akhirnya peternak lain juga ikut menjual telurnya, termasuk peternak skala besar. Seolah-olah rantai suplai-chain meningkat dan peternak yang memusnahkan banyak telur. Jawabannya adalah TIDAK!

           

Rabu, 04 September 2013

REPOSISI PARADIGMA : IMPOR DAGING DAN PETERNAKAN RAKYAT MENUJU SWASEMBADA DAGING NASIONAL


REPOSISI PARADIGMA : IMPOR DAGING DAN PETERNAKAN RAKYAT MENUJU SWASEMBADA DAGING NASIONAL


5 September 2013 By : zia zannititah pawana
 


Reposisi berasal dari kata “re” dan “posisi”. “re” memiliki makna kembali/ulang sedangkan posisi berarti tempat atau lokasi. Secara umum pengertian reposisi adalah penempatan kembali sesuatu pada tempat semula. Paradigma memilik makna cara pandang terhadap sesuatu permasalahan, model, kerangka dan cara berpikir terhadap suatu obyek. Reposisi Paradigma tentang impor daging dan peternakan rakyat menuju swasembada daging berarti ada yang kurang tepat mengenai impor daging sapi, sehingga diperlukan paradigma baru untuk menempatkan para peternak pada tempatnya semula atau tempat yang baru guna optimalisasi produksi daging sapi dalam jumlah yang cukup, sehingga pendapatan dan kesejahteraannya meningkat.
Perkembangan supply dan demand daging sapi Indonesia kerbau selama kurun waktu tahun 2005-2009 menunjukkan bahwa trend pemenuhan konsumsi daging sapi Indonesia berkecenderungan mengarah ke jebakan pangan “food trap” yaitu lebih dari 50% konsumsi daging sapi dipenuhi dari impor.
Semenjak diberlakukannya program Swasembada daging sapi 2014 (PSDS 2014) tentunya dengan evaluasi program sebelumnya maka pada tahun 2011 Indonesia memperoleh momentum baru untuk melaksanakan Program Swasembada Daging Sapi yaitu dengan dilaksanakannya Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah dan Kerbau dengan metode sensus bekerja sama dengan BPS. Maka sejak tahun 2011 porsi impor terus menurun dan pada tahun 2014 porsi diharapkan kurang dari 10%.
Tabel 1. Road Map Swasembada Daging Sapi 2010-2014


Perubahan ini memerlukan cara pandang baru atau reposisi paradigma tentang impor daging dan memerankan peternakan rakyat lebih besar dan menjadi tulang punggung menuju swasembada berkelanjutan.
Perkembangan Import Daging dan Sapi Bakalan tahun 1993-2012


Grafik pertumbuhan populasi sapi, impor daging dan sapi bakalan serta pemotongan ternak.
Berdasarkan grafik tersebut diatas didapatkan beberapa kesimpulan yakni (1) Puncak importasi sapi bakalan dan daging terjadi pada tahun 2009. Padahal pertumbuhan populasi sapi lokal tumbuh sebesar 5,3% per tahun, sedangkan pemotongan ternak berkisar 1,6 – 2 juta ekor per tahun. (2) pada pertengahan tahun 2011 reposisi dimulai dibuktikan dengan menurunnya jumlah impor daging dan sapi bakalan.

Masalah yang Dihadapi
Masalah yang dihadapi selama ini dikelompokkan menjadi tiga sisi yakni sisi Supply, sisi Demand dan sisi distribusi. 
1. Sisi Supply

Ketidakpercayaan beberapa pihak terhadap data yang berkembang saat ini khususnya populasi ternak sapi dan kerbau. Data populasi ternak sapi dan kerbau (table 1) tidak dipercaya sebagai data real yang kemudian menyimpulkan akan terjadinya swasembada pada tahun 2014. Oleh karena itu perlu dilakukan pendataan ulang.
Selain itu parameter teknis berat badan dan konversi karkas sapi yang dinilai terlalu tinggi (bukan 51% tetapi hanya 47%).  
2. Sisi Demand
Angka konsumsi daging sapi masyarakat Indonesia per kapita per tahun dinilai terlalu rendah yaitu hanya sekitar 2 kg per kapita per tahun.
3. Sisi Distribusi
Dihembuskan berbagai isu di media massa tentang kelangkaan daging sebagai akibat tidak adanya stock ternak rakyat, sehingga harga daging menjadi mahal.

Kementrian Pertanian menyampaikan beberapa solusi untuk menjawab ketiga sisi tersebut diatas pada acara Rapat Kerja Nasional Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia (ISMAPETI) di Makassar (30/3).
Solusi yang telah dan akan dilakukan adalah :
Sisi Suply :
Dilakukan Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah dan Kerbau (PSPK2011) dengan metode Sensus kerjasama dengan BPS.
Dilakukan survey karkas bekerja sama dengan Perguruan Tinggi yang hasilnya konversi karkas memang sebesar 50-51% dari berat hidup.
Sisi Demand :
Dilakukan berbagai pertemuan yang melibatkan para ahli statistik, ahli gizi, ekonomi pertanian, BPS, stakeholders, yang menyimpulkan konsumsi riil daging sapi kerbau masyarakat Indonesia memang sekitar 2,2 kg pada tahun 2012.
Sisi Distribusi
  1. Harga daging mahal hanya terjadi di Jabodetabek saja, sebagai akibat para pelaku usaha masih berorientasi bisnis sapi dan daging impor. Sehingga aliran ternak lokal ke pasar dan tempat pemotongan di Jabodetabek mengalami hambatan.
  2. Memperlancar distribusi ternak lokal dengan kerjasama Kementerian Perhubungan dan Kementerian BUMN untuk membuat kapal khusus ternak, menghidupkan angkutan kereta api ternak sapi dan daging sapi, dan memperbaiki fasilitas dermaga untuk ternak.
  3. Mempertemukan langsung antara para pelaku usaha yaitu para peternak/ kelompok ternak dan para SMD dengan Rumah Potong Hewan (RPH), Hotel Restoran Katering (Horeka),  sehingga memungkinkan terjadinya penjualan langsung sapi atau daging tanpa melalui perantara. Pertemuan ini telah menghasilkan kontrak-kontrak dagang khususnya untuk memenuhi kebutuhan Jabodetabek. 
  4. Surat Edaran Bersama antara Menteri Pertanian dan Menteri Dalam Negeri yang meminta para Gubernur di daerah sentra produksi untuk membina Bupati/ Walikota dapat menjamin kesinambungan pasokan sapi atau daging sapi untuk Jabodetabek
Alasan Perlunya Reposisi
  1. Untuk merealisir amanat UU No.18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan dan UU No.18 Tahun 2012 tentang pangan yang menggariskan perlunya pemanfaatan sumberdaya lokal peternakan ke arah Kedaulatan Pangan.
  2. Mengembalikan Posisi Peternak Sapi kerbau Lokal yang sempat jatuh posisinya sehingga harga ternak sapi turun.
  3. Diterbitkannya blue print dan road map Program Swasembada Daging Sapi yang lebih sesuai dengan perkembangan.
  4. Menjadikan posisi peternak lokal dari price taker  menjadi price leader  sehingga pendapatan dan kesejahteraan meningkat.
  5. Pemberdayaan peternak sapi kerbau lokal yang berjumlah 6,4 juta Rumah Tangga Peternak.
  6. Menurunkan porsi impor secara bertahap sesuai dengan perkembangan ternak sapi kerbau lokal.
  7. Memberi Pengertian bahwa swasembada tidak semata-mata untuk menurunkan impor tetapi untuk pendapatan dan kesejahteraan peternak.
Strategi
Memasuki tahun ke -3 pelaksanaan PSDSK, strategi untuk mencapai swasembada daging sapi dan kerbau sampai tahun 2014 sebagai berikut :
Hulu 
Pembenahan perbibitan melalui penguatan UPT perbibitan baik UPT pusat ataupun daerah melalui pengembangan perbibitan bekerjasama masyarakat.
On Farm
a.       Pemberian pakan yang cukup baik kuantitas maupun kualitas khususnya di Sentra Populasi dan Produksi sapi kerbau di Indonesia Bagian Timur melalui padang penggembalaan dan perbaikkan embung-embung sebagai sumber air untuk ternak dan penerapan teknologi pakan lainnya.
b.      Program penggemukan dan tunda jual untuk meningkatkan berat badan potong karena 85% ternak sapi kerbau yang dipotong dalam kondisi kurus dan sedang.
c.       Penurunan angka kematian ternak dari 3,5% ke 1,65% dan penurunan angka kesakitan dari  35% ke 25% melalui pemberantasan penyakit hewan menular dan tidak menulur.
d.      Revitalisasi Rumah Potong Hewan (RPH) yang ditargetkan akan memperbaiki 54 RPH sampai tahun 2014.
Hilir
Memperbaiki dan meningkatkan indeks distribusi dari 0,61 ke 0,71 melalui perbaikan distribusi dan tataniaga sapi, kerbau dan daging yaitu kerjasama dengan Kementerian Perhubungan, BUMN untuk angkutan ternak hidup dan daging