Halaman

Rabu, 26 Desember 2012

ayo! belajar jadi individu yang lebih baik

kawan... apa kabar kawan-kawan saya hari ini? sehat? alhamdulillah kalau sehat.... simpatisan dari kalain, saya sedikit kurang sehat saat menekan satu demi satu keyboard laptop ini, hahaha,.. sakit bukanlah jadi faktor penghambat sesorang melakukan hal-hal positif.. bener ga??

TEMA : KEBERADAAN TANGGUNG JAWAB PADA MAHASISWA.

eitttts.... saya bukan mahasiswa PSIKOLOGI yang sedang nulis skripsi atau sejenisnya. lalu apa?? ayoo bareng-bareng di baca :D

Dewasa ini semakin banyak hal-hal yang terjadi di lapangan terkait sebuah tanggung jawab, khususnya dalam lingkungan mikro mahasiswa. “tanggung jawab” tersusun atas 2 buah kata namun memiliki makna satu. Kedua kata tesebut tidak dapat dipisahkan berdasarkan makna dalam setiap kata.

Mahasiswa, mahasiswa yang kita ketahui memiliki makna yakni seorang pelajar tertinggi dalam kegiatan belajar mengajar. Mahasiswa, tentu saja memiliki beberapa hal yang tidak dimiliki siswa SMA, SMP, SD dan TK (apalagi). Tanggung jawab, ya ini adalah salah satunya. Namun yang terjadi saat ini adalah mahasiswa dengan level tanggung jawabnya (krisis).

Tanggung jawab dalam hal ini adalah : tanggung jawab untuk masa depan, tanggung jawab untuk keluarga dirumah (bagi mahsiswa perantau), tanggung jawab untuk bahagia, tanggung jawab untuk semua hal yang dirasa perlu diperjuangkan. Hal ini semata-mata ditujukan untuk menjadi individu yang lebih baik.
Mungkin hal tersebut diatas adalah sangat tinggi, sebut saja “tugas kelompok”. Saya ingin memetakan level mahsiswa dalam suatu kelas.

1. Diligent Student (DS). Yap mahasiswa ini adalah memang mahasiswa rajin dan cerdas, dibuktikan dengan prestasi-prestasi yang pernah diraihnya, IP coumlaude dan lain-lain.
2. Lazy Student (LS). Mahasiswa tipe santai, malas kuliah, prinsip hidup “jalani hidup seperti air yang mengalir” (nah hlo.. bagaimana apabila aliran air tersebut tertampung dalam sebuah ember. Diam, tenang, tidak memberikan efek sama-sama sekali terhadap system.

Coba sedikit kita bahas fakta apa yang muncul :
Cerita:

Asistensi salah satu praktikum sedang berlangsung di salah satu kelas. Di penghujung acara asistensi, bagian ini merupakan bagian yang sangat menentukan Indeks prestasi (IP) kawan. Ya! Saatnya PEMBAGIAN KELOMPOK PRAKTIKUM.
• Fakta pertama : DS berharap tidak sekelompok dengan LS.
• Fakta kedua : LS sangat berharap sekelompok dengan DS. (luu bayangin aja, mulut si LS komat kamit tangan diangkat keatas, pengen satu kelompok dengan DS. Mungkin malamnya dia sampe sholat tahjjud. “sampe segitunya”..

Ketika kelompok mulai dibacakan oleh si asisten : keringat dingin dan dag-dig-dug untuk sl DS dan LS.
Misalnya : mahasiswa A (DS), mahasiswa B (LS).
Asisten membagi kelompok…
“KELOMPOK 1 : MAHASISWA B”… mahasiswa B tegang, asisten melanjutkan “MAHASISWA A”. haissssh…. Si LS langsung sujud syukur ditempat, kegirangan, langsung berpikir ini nilai praktikum pasti A PASTI A PASTI A… kalian tau apa yang dilakukan si DS?? Nepok kepala… sambil bilang “SIAL”… malangnya nasib si A karena nanti yang paling banyak kontribusinya adalah si DS..

Cerita di atas adalah salah satu stimulus terjadinya krisis tanggung jawab, (memang sebenarnya tergantung individu sih, tapi kenyataan dilapangan berkata lain, ketika mereka di suguhkan roti tawar dan roti isi coklat, mereka akn lebih memilih roti cokelat).

Dalam setiap acara praktikum khususnya pembuatan laporan, keberadaan tanggung jawab LS dipertanyakan. Beribu alasan diutarakan. Hufftttt…. Kondisi ini wajib ada di setiap fakultas di Seluruh Universitas jamin deh….

Ini untuk kita semua, wahai seluruh Insan mahasiswa.. “tanggung jawab” ini memiliki korelasi positif terhadap kehidupan masa deppan kita semua..

Disaat LS tidak bertanggung jawab mengerjakan Laporan, kelak nantinya dia akan kesulitan dalam skripsi, dan lain-lain..




Tidak ada komentar:

Posting Komentar