Halaman

Senin, 09 April 2012

analisa tabel-kandungan karbohidrat dalam jaringan tanaman

Universitas Diponegoro


Tabel 1. Kandungan Karbohidrat Dalam Jaringan Tanaman
Nutrien
Rumput tropis
Rumput subtropis
Biji-bijian
Alfalfa
sayuran
Gula
5
10
-
5-15
20
Fruktosan
0
1-25
0
0
-
Pati
1-5
0
80
1-7
Rendah
Patin
1-2
1-2
-
5-10
10-20
Selulosa
30-40
20-40
2-5
20-35
20
hemiselulosa
30-40
15-25
7-15
8-10
Rendah
            Perbedaan mutu  hijauan pakan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu sifat genetik dan lingkungan. Kita tinjau dari sifat genetis, tabel menyajikan beberapa jenis tanaman, dapat kita analisa antara rumput tropis, rumput subtropis dengan biji-bijian, alfalfa serta sayuran. Semua orang mengetahui bahwasanya jenis rerumputan (graminae) berbeda dengan biji-bijan dan alfalfa (termasuk legume) begitupula dengan sayuran. Terdapat perbedaan yang begitu jelas yakni jenis dari tumbuhan itu sendiri (pembawaan), dan dari sinilah terlihat kenapa kandungan dari setiap bahan pakan berbeda.
            Dari segi lingkungan atau yang lebih bisa dilihat pengaruhnya adalah dari segi iklim. Meskipun dalam satu jenis (rerumputan), namun kandungan nutrien pada setiap jenis tumbuhan tersebut berbeda. Kandungan fruktosan pada rumput subtropis lebih tinggi dari rumput tropis, namun hemiselulosa pada rumput tropis lebih tinggi dari rumput subtropis. Iklim berpengaruh terhadap kandungan dari setiap tanaman. Iklim yang mempengaruhi kondisi dari setiap tempat juga terdapat perbedaan jenis-jenis tanah dan vegetasinya.  Misalnya pada iklim sangat basah, hijauan yang dihasilkan kurang mengandung protein dan mineral serta tinggi akan serat kasarnya namun bahan kering yang rendah.
            Kandungan pati pada biji-bijian yang sangat tinggi disebabkan karena biji-bijian termasuk pada golongan tumbuhan dengan karbohidrat tinggi, pati tersebut disimpan dalam bentuk simpanan untuk energi, respirasi maupun metabolisme.
            Selulosa dan hemiselulosa adalah komponen serat dalam dinding sel tanaman dan tidak dapat dicerna oleh organisme monogastrik (berperut tunggal). Hal inilah yang melatarbelakangi kenapa pada tabel 1. kandungan selulosa dan hemiselulosa sangat tinggi pada rumput tropis dan subtropis.
Tabel 2. Kecernaan Nutrien Dalam Tubuh
Nutrien
Komponen gula
Enzim pencerna
Daya cerna
Produk kecernaan
Ikatan gula
Maltosa
G
Maltase
Komplit
G
α 1-4
Sukrosa
G, F
Sukrase
Komplit
G, F
α 1 – β2
Laktosa
G, Gt
Laktose
Komplit
G, Gt
β 1-4
Pati
G
Amilase
Tinggi
G
α 1-4, α 1-6
Fruktosan
F
As. Lambung
Tinggi
F
β 2-6
Galaktosan
Gt
Fermentasi
Tinggi
VFA, mo
α 1-6
Gumi-bijian
G
Fermentasi
?
?
α 1-6, β 1-4
Pektin
As Gt, Ab, Gt
Fermentasi
Tinggi
VFA, mo
Miks
Selulosa
G
Fermentasi
Bervariasi
VFA, mo
β 1-4
Hemiselulosa
Ab, Si, Mn, Gt, As Gt
Fermentasi
Bervariasi
VFA, mo
Miks
Manan
Mn
Fermentasi
bervariasi
VFA, mo
β 1-4

            Gula kompleks dalam hal ini maltosa, sukrosa dan laktosa berdasarkan hidrolisisnya dikelompokkan kedalam disakarida. Karena jika gula tersebut dihidrolisis akan tersusun atas monomer-monomer gula sederhana. Laktosa kalau di hidrolisis maka D-glukosa dan D-galaktosa adalah merupakan gula sederhana penyusunnya. Maltosa disusun dari 2 molekul glukosa sedangkan sukrosa tersusun atas glukosa dan fruktosa. Daya cerna yang komplit disebabkan karena disakarida tersebut terdapat pada kecambah, biji-bijian (maltosa), gula tebu, gula bit (sukrosa) dan susu (galaktosa).
Karbohidrat yang dikonsumsi sehari-hari sebagian besar ada dalam bentuk pati, bukan gula sederhana. Untuk bisa memanfaatkan karbohidrat tersebut, tubuh kita perlu memecah pati tersebut menjadi gula sederhana. Daya cerna pati sangat erat kaitannya dengan seberapa mudahnya suatu pati bahan pangan dihidrolisis oleh enzim α -amilase menjadi gula yang lebih sederhana dan bisa dimanfaatkan oleh tubuh. Semakin banyak gula sederhana hasil hidrolisis pati pada metode ini, dapat dinyatakan bahwa pati yang dijadikan sampel memiliki daya kecernaan yang tinggi begitu pula dengan daya cerna fruktosan dan galaktosan. Maltosa, sukrosa dan laktosa dalam metabolisme tubuh dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana dengan bantuan enzim berturut-turut adalah enzim maltase, sukrase dan laktase
Ikatan gula pada pati (α 1-4, α 1-6) didapat dari amilosa dan amilopektin, kedua senyawa tersebut merupakan pisahan dari pati. amilosa dan amilopektin merupakan fraksi utama berdasarkan kelarutan bila dibubur (triturasi). Amilosa merupakan polimer dari α-D-glikosa dengan struktur gula α 1-4. Rantai utama pada amilopektin mengandung 1-4-α-D-glokosa, tidak sama dengan amilosa. Amilopektin bercabang dengan titik percabangannya ialah 1-6-α-glikosida.
Hewan tidak menghasilkan enzim untuk mencerna selulosa dan hemiselulosa. Tetapi mikroorganisme dalam suatu saluran pencernaan menghasilkan selulosa dan hemiselulose yang dapat mencernakan selulose dan hemiselulose menjadi asam asetat, propionat dan butirat.
Kandungan nutrisi galaktosan, gumi bijian, pektin, selulosa, hemiselulosa dan manan sulit untuk dicerna didalam tubuh, untuk itu sebelum masuk dalam sistem pencernaan terlebih dahulu nutrien-nutrien tersebut di fermentasi untuk mengurangi kandungan kandungan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh (biasanya pada ternak).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar