Universitas Diponegoro
Tabel 1.
Kandungan Karbohidrat Dalam Jaringan Tanaman
Nutrien
|
Rumput tropis
|
Rumput subtropis
|
Biji-bijian
|
Alfalfa
|
sayuran
|
Gula
|
5
|
10
|
-
|
5-15
|
20
|
Fruktosan
|
0
|
1-25
|
0
|
0
|
-
|
Pati
|
1-5
|
0
|
80
|
1-7
|
Rendah
|
Patin
|
1-2
|
1-2
|
-
|
5-10
|
10-20
|
Selulosa
|
30-40
|
20-40
|
2-5
|
20-35
|
20
|
hemiselulosa
|
30-40
|
15-25
|
7-15
|
8-10
|
Rendah
|
Perbedaan
mutu hijauan pakan dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu sifat genetik dan lingkungan. Kita tinjau dari sifat genetis,
tabel menyajikan beberapa jenis tanaman, dapat kita analisa antara rumput
tropis, rumput subtropis dengan biji-bijian, alfalfa serta sayuran. Semua orang
mengetahui bahwasanya jenis rerumputan (graminae) berbeda dengan biji-bijan dan
alfalfa (termasuk legume) begitupula dengan sayuran. Terdapat perbedaan yang
begitu jelas yakni jenis dari tumbuhan itu sendiri (pembawaan), dan dari
sinilah terlihat kenapa kandungan dari setiap bahan pakan berbeda.
Dari
segi lingkungan atau yang lebih bisa dilihat pengaruhnya adalah dari segi
iklim. Meskipun dalam satu jenis (rerumputan), namun kandungan nutrien pada
setiap jenis tumbuhan tersebut berbeda. Kandungan fruktosan pada rumput
subtropis lebih tinggi dari rumput tropis, namun hemiselulosa pada rumput
tropis lebih tinggi dari rumput subtropis. Iklim berpengaruh terhadap kandungan
dari setiap tanaman. Iklim yang mempengaruhi kondisi dari setiap tempat juga
terdapat perbedaan jenis-jenis tanah dan vegetasinya. Misalnya pada iklim sangat basah, hijauan
yang dihasilkan kurang mengandung protein dan mineral serta tinggi akan serat
kasarnya namun bahan kering yang rendah.
Kandungan
pati pada biji-bijian yang sangat tinggi disebabkan karena biji-bijian termasuk
pada golongan tumbuhan dengan karbohidrat tinggi, pati tersebut disimpan dalam
bentuk simpanan untuk energi, respirasi maupun metabolisme.
Selulosa
dan hemiselulosa adalah komponen serat dalam dinding sel tanaman dan tidak
dapat dicerna oleh organisme monogastrik (berperut tunggal). Hal inilah yang melatarbelakangi
kenapa pada tabel 1. kandungan selulosa dan hemiselulosa sangat tinggi pada
rumput tropis dan subtropis.
Tabel
2. Kecernaan Nutrien
Dalam Tubuh
Nutrien
|
Komponen gula
|
Enzim pencerna
|
Daya cerna
|
Produk kecernaan
|
Ikatan gula
|
Maltosa
|
G
|
Maltase
|
Komplit
|
G
|
α 1-4
|
Sukrosa
|
G, F
|
Sukrase
|
Komplit
|
G, F
|
α 1 – β2
|
Laktosa
|
G, Gt
|
Laktose
|
Komplit
|
G, Gt
|
β 1-4
|
Pati
|
G
|
Amilase
|
Tinggi
|
G
|
α 1-4, α 1-6
|
Fruktosan
|
F
|
As. Lambung
|
Tinggi
|
F
|
β 2-6
|
Galaktosan
|
Gt
|
Fermentasi
|
Tinggi
|
VFA, mo
|
α 1-6
|
Gumi-bijian
|
G
|
Fermentasi
|
?
|
?
|
α 1-6, β 1-4
|
Pektin
|
As Gt, Ab, Gt
|
Fermentasi
|
Tinggi
|
VFA, mo
|
Miks
|
Selulosa
|
G
|
Fermentasi
|
Bervariasi
|
VFA, mo
|
β 1-4
|
Hemiselulosa
|
Ab, Si, Mn, Gt, As Gt
|
Fermentasi
|
Bervariasi
|
VFA, mo
|
Miks
|
Manan
|
Mn
|
Fermentasi
|
bervariasi
|
VFA, mo
|
β 1-4
|
Gula
kompleks dalam hal ini maltosa, sukrosa dan laktosa berdasarkan hidrolisisnya
dikelompokkan kedalam disakarida. Karena jika gula tersebut dihidrolisis akan
tersusun atas monomer-monomer gula sederhana. Laktosa kalau di hidrolisis maka D-glukosa
dan D-galaktosa adalah merupakan gula sederhana penyusunnya. Maltosa disusun
dari 2 molekul glukosa sedangkan sukrosa tersusun atas glukosa dan fruktosa.
Daya cerna yang komplit disebabkan karena disakarida tersebut terdapat pada
kecambah, biji-bijian (maltosa), gula tebu, gula bit (sukrosa) dan susu
(galaktosa).
Karbohidrat yang dikonsumsi sehari-hari sebagian besar
ada dalam bentuk pati, bukan gula sederhana. Untuk bisa memanfaatkan
karbohidrat tersebut, tubuh kita perlu memecah pati tersebut menjadi gula
sederhana. Daya cerna pati sangat erat
kaitannya dengan seberapa mudahnya suatu pati bahan pangan dihidrolisis oleh
enzim α -amilase
menjadi gula yang lebih sederhana dan bisa dimanfaatkan oleh tubuh.
Semakin banyak gula sederhana hasil hidrolisis pati pada metode ini, dapat
dinyatakan bahwa pati yang dijadikan sampel
memiliki daya kecernaan yang tinggi begitu pula dengan daya cerna fruktosan dan
galaktosan. Maltosa, sukrosa dan laktosa dalam metabolisme tubuh dipecah
menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana dengan bantuan enzim berturut-turut
adalah enzim maltase, sukrase dan laktase
Ikatan gula pada pati (α 1-4, α 1-6) didapat dari amilosa dan amilopektin,
kedua senyawa tersebut merupakan pisahan dari pati. amilosa dan amilopektin
merupakan fraksi utama berdasarkan kelarutan bila dibubur (triturasi). Amilosa
merupakan polimer dari α-D-glikosa dengan struktur gula α 1-4. Rantai utama
pada amilopektin mengandung 1-4-α-D-glokosa, tidak sama dengan amilosa.
Amilopektin bercabang dengan titik percabangannya ialah 1-6-α-glikosida.
Hewan tidak
menghasilkan enzim untuk mencerna selulosa dan hemiselulosa. Tetapi
mikroorganisme dalam suatu saluran pencernaan menghasilkan selulosa dan
hemiselulose yang dapat mencernakan selulose dan hemiselulose menjadi asam
asetat, propionat dan butirat.
Kandungan
nutrisi galaktosan, gumi bijian, pektin, selulosa, hemiselulosa dan manan sulit
untuk dicerna didalam tubuh, untuk itu sebelum masuk dalam sistem pencernaan
terlebih dahulu nutrien-nutrien tersebut di fermentasi untuk mengurangi
kandungan kandungan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh (biasanya pada ternak).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar